Oleh: Ahmad Asrori

            Kalau aku mati, biarlah aku mati, namun jangan biarkan nagaraku mati.

            Demikianlah, salah satu prinsip yang dipegangi Alexander Agung dalam mencintai negaranya melebihi dari cintanya kepada diri sendiri. Alexander Agung merupakan pemimpin kekaisaran terbesar pada masa sejarah kuno dan tidak pernah satupun kalah dalam medan pertempuran. Pentingnya mencintai negara kelahiran, juga didengungkan oleh bapak proklamator Indonesia—Bung Karno—, yakni “Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad ‘Merdeka, merdeka atau mati’!”

            Tentu, kemerdekaan tidak datang begitu saja. Banyak derita, luka, dan pengorbanan para pahlawan untuk menggapai kemerdekaan NKRI. Hal ini tidak lepas dari pesantren yang mencetak santri pemberani untuk menumpaskan penjajah kala itu. Sebut saja, resolusi jihad yang didengungkan K.H. Hasyim Asy’ari menjadi dasar perjuangan Bung Tomo dan arek-arek Suroboyo dalam menumpas penjajah.

            Maka, besar harapan pondok pesantren di seluruh Indonesia, khusunya Pondok Pesantren Modern Selamat (PPMS) dapat mencetak santri yang mampu manjaga dan merawat kemerdekaan NKRI. Lebih lagi, santri PPMS berasal dari seluruh plosok negeri, jika karakter mencintai negeri sudah terpatri dalam sanubari, maka akan mudah dalam menjaga persatuan NKRI di tengah fitnah dan pandemi. Wallahu a’lam bi  ash-showab