“Habis Gelap terbitlah Terang.”

Demikianlah petuah familier R.A. Kartini kepada generasi kartini masalalu dan kini. Kartini menjadi pendobrak dan pemerjuang hak-hak perempuan, ketika diskriminasi terhadap perempuan dan budaya patriarki menggurita kala itu. Dilandasi dengan semangat dan cita-cita perjuangan, Kartini membentuk gagasan emansipasi perempuan, yakni gagasan dan gerakan pembebasan dari perbudakan dan persamaan hak antar masyarakat, baik dari segi pendidikan, ekonomi dan sosial.

Di balik pemikiran dan gerakan progresif Kartini, tentu tidak terlepas tokoh di baliknya, yakni Mbah Soleh Darat. Kartini merupakan santri dari Mbah Soleh Darat, beliau merupakan penafsir al-Qur’an pertama di Nusantara dalam Bahsa Jawa dengan aksara Bahasa Arab. Kartini mendapatkan hadiah tafsir al-Qur’an dari Mbah Soleh Darat ketika menikah dengan R.M. Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang. Lewat tafsir tersebut, Kartini menemukan ayat yang menyentuh hatinya dan menjadi inspirasi gerakanya, yakni dalam penggalan surat Q.S. al-Baqarah: 257: “Orang-orang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya”.

Melihat jasa Kartini yang begitu besar, maka setiap tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Besar harapan dengan diperingati hari tersebut, mampu mengingatkan kepada generasi Bangsa Inonesia, terutama kaum perempuan untuk semangat dalam belajar, bekerja, dan memperjuangkan hak-hak perempuan. Dengan demikian, akan muncul perempuan yang cerdas dan berkualitas, sehingga akan mewujudkan negara yang adil dan makmur, seperti hadis Rasulullah SAW., bahwa: “Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya maka baiklah negaranya dan jika rusak wanitanya maka rusak pula negaranya”.

WalluA’lamu Bi Al-Showaab.

Author: Admin